Cinta Mekar di atas Mimbar bag 3 by Diajeng Surendeng
Mumpuni tersentak kaget. Suasana hening seketika. Semua mata
tertuju pada Mumpuni. Ki Enthus memberi kesempatan Mumpuni untuk menata diri
sebelum menjawab.
Setelah berdiam cukup lama Mumpuni mengedarkan pandanganya ke arah
jama'ah mencari sosok bapaknya. Si bapak pun sedang menatap Mumpuni dengan
pandangan cemas. Mumpuni dan bapak bertukar pandang.
Entah mengapa hari ini setelah sekian lama tiba-tiba bapak ingin
ikut hadir di acara ceramahnya Mumpuni. Mumpuni bertanya-tanya dalam hati,
"mungkinkah?"
Setelah menatap bapak, Mumpuni mencuri pandang ke arah gus Jalal.
Gus Jalal pun sedang menatap Mumpuni dengan wajah tegang. Keduanya saling
bertatapan. Dengan wajah bersemu merah Mumpuni menundukan pandangannya.
Mumpuni merasa semua mata tertuju padanya. Untuk pertama kalinya
dia merasa bingung tak tahu harus bersikap bagaimana.
"Bagaimana Mumpuni? Apakah kau bersedia menerima gus Jalal
sebagai imammu?" tanya Ki Enthus.
Mumpuni tak mampu menjawab. Dia hanya bisa tertunduk diam.
"Diam artinya setuju, Mumpuni. Kau tahu itu kan?" tanya
Ki Enthus.
Mumpuni semakin menundukan kepala. Terdengar gumaman jama'ah
seperti dengungan lebah. Entah apa yang mereka gumamkan.
"Apakah bapak Mumpuni ada di sini? Bapak Mumpuni? Ada?"
Pandangan jama'ah berpindah ke sosok pak Suprianto, bapak Mumpuni.
Gus Jalal ikut menoleh ke arah bapak Mumpuni. Gus Jalal melihat
wajah tua yang teduh itu terlihat tegang. Setegang dirinya.
"Mari pak, saya mohon naik ke panggung. Juga Gus Jalal, saya
mohon naik ke panggung…" pinta Ki Enthus.
Pak Suprianto dan gus Jalal segera bangkit dari duduknya dan
beranjak ke arah panggung. Gus Jalal sengaja menunggu pak Suprianto. Begitu
bapak Mumpuni ada didepannya, gus Jalal dengan taqdim dan rasa hormat pad ayang
lebih tua sedikit membungkukkan badan mencium tangan pak Suprianto. Jama'ah
berdecak kagum melihat sopan santun yang ditunjukan gus Jalal pada orang yang
lebih tua.
Sampai di depan tangga, gus Jalal mempersilahkan pak Suprianto
naik ke panggung lebih dulu, lalu dirinya menyusul.
"Pak Suprianto, sebagai ayahanda Mumpuni, apakah bapak setuju
kalau Mumpuni kita ini menikah dengan gus Jalal?" Tanya Ki Enthus.
Pak Suprianto menatap anak gadisnya yang menunduk dalam-dalam.
"Sebagai seorang ayah, saya menyerahkan keputusan pada putri
saya, karena dia yang akan menjalaninya. Tapi secara pribadi, saya tidak
mungkin menolak jika gus Jalal melamar putri saya."
NEXT:
Cinta Mekar diatas Mimbar bag 3
Tambahkan Komentar Sembunyikan