Cinta Mekar di atas Mimbar bag 2 by Dj Surendeng

  Cinta Mekar ditaas Mimbar bag 2 by Diajeng Surendeng


“Tidak percaya? Baru ini ada jama’ah tidak percaya pada kyainya,” protes Mumpuni. Tawa Jama’ah semakin keras. 

Lalu dengan memasang wajah lugu Mumpuni meminta Jama’ah mendoakan dirinya agar kelak siapapun yang jadi suaminya bisa memahami profesinya yang seorang penceramah dan bisa menjadi imamnya di dunia sampai ke akhirat. Serentak jamaah mengaminkan doa Mumpuni.

Tiba-tiba terbesit  sebuah ide di kepala Ki Enthus. Ide untuk menjodohkan Mumpuni dan gus Jalal atau kalau bisa menikahkan keduanya saat ini juga. Sambil mendengarkan ceramah Mumpuni, Ki Enthus menyusun rencana. Rencana yang menurutnya pasti berhasil. Cukup lama Ki Enthus menimbang-nimbang rencananya.

"Tidak ada salahnya dicoba. Mumpuni butuh suami yang sekufu atau lebih tinggi. Dan gus Jalal masih punya kesempatan untuk memiliki 1 istri lagi," pikir Ki Enthus

Maka dari itu, begitu mumpuni selesai ceramah dan Ki Enthus diberi kesempatan untuk membacakan doa. Ki Enthus memanfaatkan kesempatan itu sebaik-baiknya.

Mumpuni dengan adabnya sebagai santri mempersilahkan Ki Enthus duduk di kursi yang disediakan. Dirinya berdiri tak jauh dari kursi.

Ki Enthus menolak, dia memilih berdiri saja bersama Mumpuni. Dengan wajah ramah sumringah Ki Enthus memuji isi ceramah Mumpuni. Mumpuni mengucapkan terimakasih sambil membungkukkan badan.

"Kalau tuhan mengabulkan doamu dan hari ini mengirim seorang pria yang baik, bijaksana dan penuh pengertian sebagai suamimu, apakah kau bersedia menikah dengannya?" tanya Ki Enthus dengan nada bercanda.

"Tentu saja kyai. Ketika seseorang datang melamar dan saya mengiyakan, bapak saya sebagai wali setuju, maka itu artinya tuhan menentukan beliau sebagai suami saya, imam saya," ucap Mumpuni diplomatis. "Tapi maaf sebelumnya kyai, saat ini saya belum terpikir untuk menikah. Karena saya ini masih nyantri. Masih ta'alum…"

"Oh itu gampang Mumpuni. Belajar itu selamanya. Bahkan bisa dilakukan setelah menikah. Bukankah begitu gus Jalal?" 

Gus Jalal yang tidak menyangka namanya akan disebut hanya bisa tersenyum dan mengangguk.

Mumpuni mengangguk hormat pada gus Jalal. 

Melihat itu, Ki Enthus tambah semangat. "Kalau aku masih muda, aku pasti akan melamarmu sekarang juga Mumpuni. Bukan sebagai yang kedua, tapi yang keempat…" 

Jama'ah tertawa.

"Sayangnya, aku terlalu tua untukmu. Dan lagi aku ini gurumu. Tapi gus Jalal disini, masih muda dan taruna. Usianyapun tidak beda jauh darimu. Apakah kau bersedia menerimanya sebagai suami, pendamping dan pemimpinmu di dunia dan akhirat?"

NEXT

Cinta Mekar di atas Mimbar bag 3

Tambahkan Komentar Sembunyikan